JANGAN MEMBUANG MUTIARA

Play renungan:

Matius 13:45 (TB) Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.

Mutiara disebut barang berharga karena pada masa Yunani kuno mutiara bernilai setara dengan kepala manusia, artinya setara dengan nyawa seseorang.

"Sorga bukan mutiara, namun digambarkan seperti mutiara" 

Sorga begitu berharga dan mahal, yang mampu membelinya adalah Allah sendiri, caranya adalah menyerahkan nyawaNya

1Petrus 1:18-19 (TB) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

MAHAL, NAMUN MUTIARA ITU DIBERIKAN KEPADA KITA

Matius 16:19 (TB)  Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?

I. Bertekat untuk terus memilikinya || Matius 13:46 (TB)  Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." tidak hitung hitungan, berani bayar harga, apapun akan dia lakukan untuk memastikan dia masuk sorga.

II. Jangan menjualnya || Matius 7:6 (TB)  "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu." artinya, jangan tukar keselmatanmu dengan apapun. 

III Pertahankan komitmenmu || Mengapa dibutuhkan komitmen?

Matius 7:14 (TB)  karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."
Matius 22:14 (TB)  Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

Keselamatan adalah anugerah, bukan hasil usaha baik kita, namun pemberian cuma-cuma dari Tuhan Yesus, "mutiara" itu kita hanya disuruh menjaganya sampai garis finish, sampai Tuhan memanggil kita.

Amin (Agus Winardi)